Sabtu, 08 Mei 2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fahr Al Kannani Al‘Adnani. Beliau biasa dipanggil dengan nama Abu Bakar. Sedangkan bapaknya biasa dipanggil dengan nama Abu Quhafah dan ibunya biasa dipanggil dengan nama Salma binti Shakhr bin Amir. Beliau digelari dengan “Ash shiddiq dan “Al ‘Atiiq.” Gelar “Al’Atiiq” ini dilekatkan kepadanya karena ketampanan wajahnya dan tidak akan tersentuh api neraka. Sedangkan gelar “Ash-Shiddiq” disandangnya dikarenakan banyak melakukan kebenaran dan merupakan orang yang pertama kali yang meyakini kebenaran Rasulullah dan ajaran Allah yang dibawa oleh beliau. Pada masa jahiliyah beliau membenci minuman khomr, beliau tergolong orang kaya yang dengan kekayaannya banyak membantu orang – orang miskin, dekat dengan kaum quraisy dicintai dikalangan mereka.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perjalanan Abubakar Ash-Shiddiq

Sejarah perjalanan hidup yang dialami oleh Abu Bakar ash-Shiddiq ini cukup panjang dan beragam, kami hanya akan mengungkapkan sebagian kecil dari sejarah perjalanan hidupnya:
1. Mengislamkan seluruh anggota keluarganya, dimana tidak ada seorang sahabatpun dari sahabat-sahabat Rasulullah yang mampu melakukannya. Abu Bakar masuk Islam terlebih dahulu, lalu mengislamkan bapaknya dan ibunya, lalu mengislamkan semua anak-anak lakinya, yaitu, Abdullah, Abdurrahman, Muhammad dan anak-anak perempuannya, yaitu, Asma’dzatu An-Nithaqaini (pemilik dua kepang), Aisyah Ummul mukminin dan Ummi Habibah, lalu beliau mengislamkan seluruh isteri-isterinya, yaitu: Ummi Ruman ibu kandungnya Abdurrahman dan Aisyah, Asma’ binti Umais ibu kandung Muhammad, dan Habibah binti Khadijah ibu kandungnya Ummi Kultsum. Semoga rahmat Allah senantiasa tercurah kepada mereka.
2. Al Bukhari telah meriwayatkan bahwa Nabi telah bersabda, “Sesungguhnya orang
yang paling aku percayai dalam segi kesahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar, dan seandainya aku diperintahkan untuk mengambil kekasih selain Tuhanku niscaya aku akan memilih Abu Bakar, bahkan persaudaraan dan kasih sayangnya dalam Islam, sehingga tidak ada pintu kasih sayang yang tersisa dalam masjid selain pintu Abu Bakar .”
3. Abu Bakar turut serta dalam seluruh peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah, sehingga tidak ada satu peperangan pun yang dilakukan oleh Rasulullah yang tidak diikutinya. Beliau turut serta dalam perang Badar, Uhud, Khandak, Khaibar, Futhu Makkah (pembebasan kota Makkah Hunain, Tabuk dan peperangan lainnya baik yang besar maupun yang kecil, dimana tidak ada seorang sahabat pun yang mengikuti seluruh peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah selengkap yang diikuti oleh Abu Bakar. Dalam peristiwa perang Uhud beliau tetap bertahan bersama Rasulullah di medan perang, dan pada waktu perang Tabuk Rasulullah menyerahkan bendera yang besar. Selain itu beliau menemani Rasulullah dalam melakukan hijrah dan memasuki gua Tsur. Sebagaimana hal ini ditegaskan oleh
Allah dalam firman-Nya,.” Qs. At-Taubah: 40)
2.2. Abubakar Ash-Shiddiq Jadi Khalifah

Rasulullah memegang dua jabatan, pertama menyampaikan kewajiban sebagai seorang suruhan Tuhan. Kedua bartindak selaku kepala kaum Muslimin. Kewajiban pertama telah selesai seketika dia menutup mata, tetapi kewajiban yang kedua, menurut partimbangan kaum Muslimin ketika itu perlu disambung oleh yang lain, karena suatu umat tidak dapat tersusun persatuannya kalau mereka tidak mempunyai pemimpin. Sebab itu perlu ada gantinya (khalifahnya).
Belum lagi Rasulullah dikebumikan, telah timbul dua macam pendapat. Pertama ialah menentukan pangkat Khalifah itu di antara kaum keluarga Rasulullah yang terdekat. Pendapat pertama ini terbagi dua pula. Pertama menentukan pangkat Khalifah itu dalam persukuan Rasulullah. Kedua hendaklah ditentukan di dalam rumah tangganya yang sekarib-karibnya. Di waktu dia menutup mata adalah orang yang paling karib kepadanya pamannya (saudara ayahnya) Abbas bin Abdul Muttalib dan anak saudara ayahnya Ali dan ‘Aqil, keduanya anak Abu Thalib. Kelebihan Ali daripada Abbas dan ‘Aqil ialah karea dia menjadi rnenantu pula dari Rasulullah, suami dari Fatimah.
Demi Allah, tidak ada kebaikan yang kami dapati, melainkan segala kebaikan itu kamu pun turut menanamnya. Kamulah orang yang paling kami cintai, paling kami muliakan, dan orang-orang yang paling patut takluk kepada kehendak Allah mengikut akan suruhNya. Janganlah kamu dengki kepada saudara kamu kaum Muhajirin, sebab kamulah sejak dahulunya orang yang telah sudi menderita susah lantaran membela kami. Saya percaya sungguh, bahwa haluan kamu belum berubah kepada kami, kamu masih tetap cinta kepada Muhajirin. Saya percaya sungguh, bahwa nikmat yang telah dilebihkan Tuhan kepada Muhajirin ini tidak akan kamu hambat, saya percaya sungguh bahwa kamu tidakkan dengki atas ini: Sekarang saya serukan kamu memilih salah seorang daripada yang berdua ini, iaitu Abu ‘Ubaidah atau Umar, keduanya saya percaya sanggup memikulnya, dan keduanya memang ahlinya.’
Adapun Ali bin Abu Thalib, ia tidak hadir di situ, lantaran sedang menjaga jenazah Rasulullah, dan ketidak-hadirannya itu menjadi alasan pula baginya untuk tidak turut membai’at. Melihat ramai pihak yang telah datang berduyun-duyun mem- bai’at Abu Bakar, maka bani Hasyim pun tidaklah dapat mengelakkan diri lagi, apalagi setelah mereka mengerti bahwa khalifah itu bukanlah sama dengan pangkat kenabian. Insaflah mereka bahwa perkara ini bukan perkara urusan keluarga, tetapi urusan siapakah orang yang paling mulia di sisi Nabi, padahal mereka semuanya memang mengakui akan keutamaan Abu Bakar Apakah lagi suatu kelebihan yang lebih utama daripada meniadi wakil Rasulullah bersembahyang di waktu sakitnya. Kalau Rasulullah sendiri telah percaya kepadanya dalam urusan dunia, yaitu memerintah umat, Ali sendiri pun akhimya mem- bai’atnya juga, yaitu beberapa waktu setelah wafat isterinya Fatimah binti Rasulullah itu.
2.2. Keutamaannya Abubakar Ash - Siddiq
Adapun keutamaan yang dimiliki oleh Abu Bakar itu antara lain adalah: .
 Beliau belum pernah minum-minuman yang memabukkan baik pada masa Jahiliyah maupun pada masa Islam. .
 Beliau khalifah yang pertama kali mengumpulkan tulisan Al Qur’an. .
 Beliau termasuk sahabat Rasulullah yang pertama beriman, mengerjakan shalat dan menjadi khalifah. .
 Beliau termasuk orang yang paling utama dari kalangan umat ini setelah Nabi Muhammad. .
 Beliau telah mengislamkan sebanyak 15 (lima belas) orang sahabat yang dijanjikan masuk surga, yaitu: Utsman bin Afan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam, Sa’ad bin Abi Waqash dan Abdurrahman bin Auf.
2.3. Kesempurnaan Jiwa dan Akhlaknya
Di bawah ini akan kami kemukakan sebagian kesempurnaan yang dimiliki oleh Abu Bakar yang berkaitan dengan jiwa maupun perilakunya.

a. Tawadhu’ (Rendah hati)
Dalam mengungkap sifat tawadhu’ Abu Bakar a cukup kiranya kami mengemukakan keterangan berikut yang kami anggap dapat mewakili dalam menjelaskan ketawadhuan beliau. Para ulama telah menceritakan bahwa Abu Bakar a selalu memerah susu kambing penduduk desanya, sehingga ketika beliau dibaiat menjadi khalifah, maka salah seorang hamba sahaya berkata, “Sekarang, tidak akan ada lagi orang yang memerahkan kita susu kambing di daerah ini,” yang dimaksud adalah Abu Bakar. Beliau mendengar perkataan yang diucapkan oleh hamba sahaya itu, kemudian berkata kepadanya, “Tentu, aku akan tetap memerah susu kambing untuk kalian, dan aku berharap perilaku yang biasa aku lakukan sebelumnya tidak berubah karena menjadi khalifah.” Sehingga ketika beliau sudah menjadi khalifah beliau tetap memperhatikan dan menolong mereka seperti yang beliau lakukan sebelumnya.
b. Ketakwaannya
Tidak perlu diragukan lagi bahwa Abu Bakar ini merupakan salah seorang dari kalangan umat ini yang paling bertakwa, paling baik dan paling shaleh setelah Nabi Muhammad Sebagaimana firman Allah, “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling bertakwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah) untuk membersihkannya.” (Qs. Al-Lail: 17-18).
Mayoritas ahli tafsir berpendapat bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq beliaulah yang dimaksud dengan pengertian ayat tersebut. Namun demikian lafazhnya dapat diberlakukan kepada orang yang memiliki sifat sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tersebut. Setelah selesai, maka beliau bertanya kepada budaknya, seraya berkata, “Dari mana kamu mendapatkan makanan ini?” lalu dia menjawab, “Pada masa jahiliyah aku bertemu dengan suatu kaum, lalu aku memakaikan azimat (mantera) kepada mereka, dan mereka menjanjikan sesuatu kepadaku. Ketika aku bertemu dengan mereka, maka aku menagihnya dan mereka memberiku sesuatu.” Kemudian Abu Bakar berkata, “Ach, hampir saja dirimu mencelakakanku.” Selanjutnya beliau memasukkan tangannya ke dalam mulutnya supaya beliau dapat memuntahkannya, tetapi karena makanan itu tidak keluar semuanya, maka beliau minum air dan memuntahkannya sehingga semua makanan dapat dikeluarkan semuanya. Demikianlah ketakwaan yang ditunjukkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pembahasan seputar ketakwaan Abu Bakar ini akan kami tutup dengan kesaksian Ali bin Abu Thalib dimana Abu Sarihah yakni Hudzaifah bin Usaid berkata, “Aku mendengar Ali berkata, “Ingatlah, sesungguhnya Abu Bakar itu orang yang bersih hatinya.”

2.4. Kredibilitas Keilmuannya
Tidak ada seorang ulama pun yang meragukan kredibilitas keilmuan Abu Bakar Ash- Shiddiq, sehingga dia digolongkan sebagai sahabat Rasulullah yang paling alim. Bagaimana tidak, sementara dia tidak pernah berpisah dari Rasulullah semenjak beliau diangkat oleh Allah sebagai rasul sampai Allah memanggil beliau ke haribaan-Nya (wafat). Di bawah ini akan kami kemukakan beberapa contoh yang menggambarkan sisi keilmuan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
1. Para perawi telah meriwayatkan bahwa Abu Bakar-Ash-Shiddiq adalah orang yang pertama hafal Al Qur’an. Sebagai buktinya bahwa Rasulullah telah menunjuknya sebagai pengganti beliau dalam mengimami shalat, dan hal itu terjadi bukan hanya sekali. Dimana Rasulullah bersabda, “Orang yang harus mengimami (shalat) suatu kaum hendaknya orang yang paling fasih dalam membaca kitab Allah (Al Qur’an).”
2. Menjelang akhir hayatnya Rasulullah berpidato, seraya bersabda, “Sesungguhnya
Allah telah memberikan pilihan kepada seorang hamba antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi-Nya.” Mendengar hal itu Abu Bakar Ash-Shiddiq menangis, sehingga kami merasa heran. Ketika ditanya, maka dia menjawab, “Sesungguhnya Rasulullah telah mengabarkan tentang seorang hamba yang disuruh memilih, dimana hamba yang disuruh memilih itu tiada lain adalah Rasulullah. Bertitik tolak dari keterangan tersebut, maka jelaslah bahwa Abu Bakar merupakan orang yang paling pintar di antara kita.
3. Seseorang yang diminta fatwanya di hadapan Rasulullah menunjukkan bahwa orang tersebut dikatagorikan sebagai orang yang paling pintar dari kalangan umat ini setelah Rasulullah, dan Abu Bakar termasuk orang tersebut. Ibnu Umar ditanya tentang siapa saja orang yang diminta fatwanya di hadapan Rasulullah, maka dia menjawab, "Abu Bakar dan Umar, karena tidak ada orang yang lebih pintar selain keduanya.” Bukhari telah meriwayatkan sebuah hadits kepada kita yang di dalamnya menjelaskan fatwa Abu Bakar yang disampaikan di hadapan Rasulullah, dan beliau menetapkan dan membenarkannya. Bukhari berkata, “Telah diriwayatkan dari Abu Qatadah, dia berkata, “Pada waktu perang Hunain kami pergi bersama Rasulullah dan ketika kami sampai maka kami menyaksikan pasukan besar kaum muslimin, lalu aku melihat seseorang dari kalangan musyrikin yang mengalahkan seseorang dari kalangan kaum muslimin. Kemudian aku menghampirinya seraya aku berjalan berputar mengelilinginya sehingga aku berada tepat di belakangnya, lalu aku mengayunkan pedang ke arah urat lehernya. Kemudian dia merubah posisinya sehingga menghadap ke arahku, lalu dia menyerangku, tetapi aku mencium bau kematian dan akhirnya diapun mati tersungkur. Setelah itu aku pergi dan bertemu dengan Umar bin Khatab, seraya berkata, “Bagaimana keadaan orang-orang?” lalu dia menjawab, “Urusan Allah.” Kemudian orang-orang kembali berkumpul.

2.5. Kesabarannya
Sabar termasuk perilaku dan akhlak yang sangat dicintai oleh Allah, dan sabar
merupakan salah satu sifat yang menunjukkan kesempurnaan seseorang. Allah telah menyifati dan menyanjung Nabi-Nya Ibrahim karena kesabarannya. Sebagaimana hal ini terungkap dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (Qs. At-Taubah: 114)
Demikian juga Allah telah menyifati Ismail dengan sifat tersebut, sebagaimana tertera dalam firman-Nya, “Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.” (Qs. Ash-Shaffaat: 101).
Abu Bakar termasuk orang yang memiliki watak penyabar, disamping dia juga sebagai orang yang kaya dengan ilmu pengetahuan. Kesabaran Abu Bakar nampak sekali pada hadits berikut: Bukari telah meriwayatkan hadits ini dalam bab “Beberapa keutamaan Abu Bakar dari Abu Darda, dia berkata, “Pada suatu hari aku duduk bersama Rasulullah, lalu Abu Bakar datang sambil mengangkat ujung baju (gamis)-nya sehingga terlihat kedua lututnya. Kemudian Rasulullah bersabda, “Temanmu itu sungguh sangat mulia (dermawan).” Setibanya di hadapan Rasulullah, seraya dia mengucapkan salam, lalu berkata, “Sesungguhnya antara aku dan Ibnu Khathab (Umar) telah terjadi sesuatu, dan aku cepat-cepat meminta maaf kepadanya dan menyesalinya, tetapi dia menolaknva dan tidak mau memaafkanku. Karena itulah maka aku datang menghadapmu, lalu Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, sungguh Allah telah memaafkanmu” dan beliau mengucapkan sebanyak tiga kali. Setelah itu Umar merasa menyesal, kemudian dia datang ke rumah Abu Bakar, seraya berkata, “Apakah ada Abu Bakar?” mereka (keluarga Abu Bakar) menjawab, “Tidak ada.” Kemudian dia datang ke rumah Rasulullah, dan ketika itu muka beliau berubah karena marah sehingga Abu Bakar tertunduk, seraya keduanya menatap kedua lutut Umar. Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, Demi Allah aku telah berbuat zhalim (aniaya)” lalu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengutusku kepadamu, tetapi kalian mengatakan bahwa aku telah berdusta.” Selanjutnya beliau bersabda, “Abu Bakarlah yang waktu itu membenarkanku dan menolongku dengah jiwa dan hartanya, maka apakah kalian akan meninggalkan seorang yang telah menemaniku ?” Beliau mengucapkannya sebanyak dua kali.
Dari hadits tersebut di atas nampak sekali kesabaran Abu Bakar, dimana ada tiga point yang perlu digaris bawahi, yaitu:
 Penyesalannya atas perbuatan yang dilakukannya. Permintaan maafnya kepada Umar atas perbuatan yang telah dilakukannya.
 Sumpahnya yang mengakui kezhaliman yang telah diperbuatnya.
Penyesalan adalah pengakuan atas kezhaliman (kesalahan) dengan cara meredam
kemarahan dan meminta maaf dari orang yang dizhaliminya. Inilah sikap sabar yang diperlihatkan oleh Abu Bakar.

2.6. Keberaniannya
Keberanian ada dua, yaitu keberanian (keteguhan) hati dan akal pikiran. Yang dimaksud dengan keberanian akal pikiran adalah keberanian untuk menyatakan dan menjelaskan kebenaran dan menghadapi para penentangnya dengan menjelaskan kekeliruan dan kesalahan pendapat dan pikiran yang dikemukakan oleh mereka serta menyadarkan kembali akal pikiran mereka. Di bawah ini akan kami kemukakan dua hadits yang menjelaskan puncak keberanian akal pikiran yang diperlihatkan oleh Abu Bakar Ash- Shiddiq. Adapun kedua hadits tersebut adalah sebagai berikut.
Ibnu ‘Asakir telah meriwayatkan dari Ali bahwa ketika Abu Bakar masuk Islam, maka beliau menyatakan keislamannya dan berdoa kepada Allah dan Rasul-Nya. Demikian juga telah diriwayatkan dari Aisyah, seraya dia berkata,” Ketika para sahabat Nabi dikumpulkan, dimana jumlah mereka mencapai 88 (delapan puluh delapan) orang, maka Abu Bakar mendesak Rasulullah untuk menampakkan dakwahnya secara terang- terangan. Kemudian Rasulullah bersabda,
“Wahai Abu Bakar, kelompok kita ini masih kecil.” Akan tetapi Abu Bakar terus-menerus mendesaknya sehingga akhirnya Rasulullah menampakkan dakwahnya secara terang-terangan dan menyebarkan kaum muslimin untuk membangun masjid dimana setiap sepuluh orang dipimpin oleh satu orang. kemudian Abu Bakar berdiri dihadapan orang – orang seraya menyampaikan pidatonya, sehingga dialah orang yang pertama berpidato yang menyeru manusia kepada jalam Allah dan Rosulnya.

2.7. Wafatnya
Abu Bakar wafat sekitar waktu magrib dan Isya, dan istri beliu yang bernama Asma binti Umais memandikannya.kemudian Umar mensholatinya dimana jenazah beliau diletakan antara kuburan dan mimbar Rosululloh.kemudian kedalam kuburannya turun putra beliau abdurrohman, Utsman dan Tholhah bin Ubaidilah.Beliau dimakamkan disamping makam Rosululloh, sesuai wasiatnya.Abu bakar wafat pada malam selasa bulan jumadil akhir th 13 H. pada usia 63 tahun. Semuga Allah meridoinya dan beliupun ridho kepadaNya.












BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dalam masa yang singkat itu Abu Bakar telah menghadapi sat-saat yang amat genting. Dapat kita katakan bahwa pada permulaan saat-saat yang amat genting itu Abu Bakar adalah berdiri sendiri, kemudian berkat iman dan keyakinannya yang kuat, maka kaum Muslimin lekas juga menyokong dan mendukung pendapat dan buah pikirannya.
Dalam keadaan yang demikian beliau dapat mengerahkan kaum muslimin menghancurkan syirik dan memberantas keragu-raguan dan waham, malah beliau dapat pula mengerahkan mereka menggulingkan singgasana Kisrah (Raja Persia) dan Kaisar (Raja Romawi). Kalau ada suatu peristiwa besar yang terjadi di masa permulaan Islam, maka nama Abu Bakar selalu kelihatan dengan jelas di dalamnya. Semoga Allah yang Maha Kuasa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada arwah beliau.Beliau telah mencerminkan seluruh nilai-nilai dan norma-norma keislaman yang tinggi dan murni.


REFERENSI

1. Abu bakar Al jazairi. Ilmu dan Ulama , pustaka azzam, cet 1/ 2001 hal 163.
2. Al khulafa Ar Rosyidun. Adul wahab An Najar, dar Al fikr, hal 34.
3. Syamsudin Muhammad Bin Ahmad Bin Utsman Ad Dzahabi. Siyarul A Lam.
Annubala, Dar Al Fikr, juz 2, cet 1/ 1997'.
4. Dr. Muhammad Said Ramdhan Al Buty. Fiqhus Siroh, Robbani Pres,
Jakarta /1999.
5. Sofiyur Rohman Al Mubarok Fury. Ar Rokhikul maktum, Dar Al fikr, cet 1/2003.
http://www.pdfqueen.com/html/aHR0cDovL21hc2d1bmt1LmZpbGVzLndvcmRwcmVzcy5jb20vMjAwOC8xMS9hYnUtYmFrYXItc2lkZGlxLnBkZg
http://muhamadzainudin-dzay.blogspot.com/2009/01/biografi-abu-bakar-shiddiq.html